adimvanholland
Minggu, 27 Mei 2012
a journey to the top of java
Minggu, 18 April 2010
Belajar Gak Korupsi aja Mpe' ke Holland
17 aktivitis pendidikan anti-korupsi yang terdiri dari tiga belas orang guru, tiga dosen serta seorang staf Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui program beasiswa StuNed akan memperdalam pendidikan berbasis nilai bagi siswa sekolah menengah selama tiga minggu di International Institute of Social Studies Erasmus University Rotterdam (ISS) Den Haag, Belanda. Seluruh peserta dilepas secara resmi oleh Dr. Sih Setija Utami, Mkes, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Katholik (Unika) Soegijapranata dan Marrik Bellen, Direktur Nuffic-Neso Indonesia di Jakarta
Selama di Belanda (2-25 April 2010), peserta yang delapan di antaranya adalah perempuan, akan memperdalam pengalaman dan pengetahuan bagaimana menyusun modul pendidikan anti-korupsi yang efektif. Sekembalinya dari Belanda, para peserta akan merevisi modul yang telah ada untuk selanjutnya akan diajarkan di sepuluh kota para guru tersebut berasal, yakni Semarang, Pekalongan, Kuningan, Bogor, Cianjur, Negara (Bali), Belitung, Lahat (Sumatera Selatan), Bengkulu, serta Ketapang. Kegiatan pasca pelatihan ini, akan dilakukan selama dua minggu di Semarang dan dibiayai oleh KPK dan Unika Soegijapranata.
“Pendidikan anti korupsi ini merupakan kegiatan yang dirintis oleh PSU sejak tahun 2002 dan mulai dilakukan secara terprogram sejak 2005. Pelatihan pendidikan anti korupsi ke Belanda merupakan salah satu bentuk integrasi penelitian dan pengabdian masyarakat PSU untuk ikut serta dalam pencegahan korupsi sejak dini” demikian Dr. Sih Setija Utami, M.Kes, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Unika Soegijapranata.
Pendidikan anti-korupsi telah dimulai sejak tahun 2005 di beberapa sekolah dengan mengintegrasikan modul-modul tersebut ke dalam mata pelajaran yang sudah ada. Sayangnya, hasil evaluasi menunjukkan ternyata penerapan modul tersebut dianggap kurang efektif karena pembelajaran yang masih berorientasi pada hasil.
Sabtu, 17 April 2010
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri Kincir Angin
barang siapa yang ingin akhirat maka dengan ilmu
dan barang siapa yang ingin keduanya maka dengan ilmu..
Semenjak menginjakan kaki di kampus hijau (Landbouw Hogeschool) desiran semangat kian menggelora, terbuka pandangan jauh ke dunia luar sana yang tak terbayangkan sebelumnya.. Belanda.. ya Belanda. negeri Kompeni, Negeri van Oranje, Negeri kincir angin, Negeri Tulip, Negeri sejuta warna sejuta impian. Check this Out!
Persepsi umum masyarakat tentang biaya kuliah di luar negeri adalah mahal. Untuk bisa memenuhi keinginannya, tak jarang banyak orang jatuh bangun berusaha untuk bisa memperoleh beasiswa. Akan tetapi, tidak semua orang punya kesempatan yang sama memperolehnya. Tapi tahukah kita bahwa banyak cara untuk bisa hidup hemat sehingga kita bisa tetap bertahan dengan biaya yang terjangkau di luar negeri?
Biasanya, perhitungan biaya hidup tergantung dari daya hidup dari mahasiswa yang bersangkutan. 2 komponen utama adalah biaya kuliah (tuition fee) dan biaya hidup (living cost).
Tuition Fee
Biaya kuliah di Belanda memiliki kisaran yang sangat beragam. Untuk tingkat s1 atau Bachelor, besaran biaya kuliah antara 3,500 - 7,000 euro pertahun (sekitar 50 - 101 juta rupiah). Sedangkan untuk program s2 atau master, biaya yang diperlukan sekitar 4,000 - 15,000 euro per tahunnya. Biaya ini sudah nett sehingga tidak akan ada lagi pungutan biaya gedung, biaya SKS atau biaya laboratorium.
Living Cost
Biaya hidup (living cost) di Belanda tergolong moderat dibandingkan wilayah eropa yang lain. Kemudahan mencari bahan makanan Indonesia menjadi sebuah keuntungan yang tidak didapatkan di negara Eropa lainnya. Sebagai contoh, mahasiswa Indonesia di Jerman kalau mencari bumbu nasi goreng ataupun sambel botol, umumnya terpaksa menyeberang ke Belanda untuk bisa bisa memperolehnya. Komponen biaya hidup di Belanda sebagai mahasiswa dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Akomodasi, berupa kamar standard yang umumnya terdiri dari tempat tidur single, meja belajar dan lemari cabinet adalah komponen yang terbesar dari total biaya hidup di luar negeri. Alokasi biaya akomodasi bisa mencapai setengah dari total biaya hidup. Harga rata-rata akomodasi di Belanda adalah sekitar 4000-4800 euro pertahunnya, atau sekitar
- Meals, komponen biaya lainnya yang juga sangat penting adalah urusan perut. Perhitungan biayanya berdasarkan survey adalah sekitar 4,000 euro per tahun. Cara menghemat untuk urusan perut ini adalah, dengan memasak sendiri. Cara ini terbukti ampuh untuk mengurangi biaya makan perbulan hingga 30%. Lumayan kan?
- Buku, diperlukan sebagai componen vital yang mendukung mahasiswa dalam menempuh perkuliahan. Buku sebagai sumber informasi yang diakui secara akademis untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di kampus. Berdasarkan survey yang pernah Neso Indonesia lakukan, komponen biaya untuk buku pertahunnya mencapai 600 euro atau 50 euro perbulannya. Namun, banyak mahasiswa yang dapat melakukan penghematan dengan membeli buku-buku second-hand, dari para senior maupun meminjam melalui fasilitas perpustakaan di kampus.
- Insurance, mendapatkan perlindungan di luar negeri memang mutlak. Apalagi, kalau kita terpaksa harus menggunakan fasilitas kesehatan apabila terserang penyakit. Perlu digaris bawahi biaya kesehatan di Belanda sangatlah mahal. Untuk itu keikutsertaan salam program asuransi kesehatan adalah sebuah keharusan. Hal ini juga tertuang dalam ketentuan ketika kita akan mendaftar visa, dokumen keikutsertaan asuransi juga menjadi kompenen yang wajib ada. Biayanya? Sekitar 500 euro untuk satu tahun.
- Transportasi, ada keuntungan ketika memilih Belanda sebagai tujuan melanjutkan pendidikan, karena biaya transportasi yang relatif terjangkau. Mau tau kuncinya? Sepeda! Adalah alat transportasi utama di Belanda. Harga sepeda second-hand berkisar antara 45-140 euro. Dengan menggunakan sepeda sebagai alat transportasi, biaya yang dikeluarkan dari rumah ke kampus tentu saja gratis, dan tentu saja sehat!
Sebetulnya banyak cara untuk menghemat biaya yang dikeluarkan agar bisa mewujudkan impian Studi di Belanda. Sekali lagi, semuanya tergantung kepada gaya hidup kita. Dengan mengetahui gambaran biaya yang dikeluarkan, kita bisa melakukan perbandingan manakah negara yang paling cocok dipilih untuk studi di luar negeri. (ah)
hatur thanks you to Mr. Ariono Hadipuro, Nuffic Neso Indonesia